Semua kita
tentu menyadari bahwa suatu pembelajaran yang tidak didesain secara sistematis
tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya, keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada sejauh mana pembelajaran itu
didesain atau direncanakan. Namun, tidak
semua kita berkesempatan untuk melakukannya mungkin karena banyaknya pekerjaan
sampingan yang dilakukan selain menjalankan tugas sebagai guru atau dosen,
mungkin juga tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk mendesain
membelajaran secara sistematis, atau mungkin juga menganggap bahwa materi
pembelajaran yang hendak diberikan kepada pembelajar sudah dapat dikuasai sehingga merasa tidak perlu didesain atau
direncanakan.
Anggapan-anggapan
seperti itu telah berimbas pada kepercayaan diri sebagian pendidik atau
pengajar untuk berani melaksanakan pembelajaran tanpa bermodalkan rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, atau kontrak perkuliahan, bahkan
sumber-sumber belajar yang memadai. Akibatnya, pembelajaran cenderung
dilaksanakan dengan menggunakan metode langsung (direct method) berupa ceramah yang sering tidak terkontrol baik
dalam kaitannya dengan penggunaan waktu maupun pemberian materi yang terkadang
“ngawur” tanpa arah yang jelas.
Lebih
parah lagi, berdasarkan hasil observasi penulis menunjukkan bahwa pembelajaran
yang dilakukan khususnya di perguruan tinggi cenderung menyerahkan kepada
peserta didik untuk memberikan penyajian bahan pembelajaran, baik dilakukan
secara kelompok maupun secara individu. Pendidik dalam hal ini, membuka
perkuliahan dengan langsung mengadakan pembagian kelompok presentasi yang
terbagi habis selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran semacam ini
bukan hanya menciptakan kepasifan bagi para pendidik dalam menyediakan berbagai
sumber belajar, melainkan dapat mengganjal terbentuknya tradisi membaca di
kalangan pendidik itu sendiri. Konsekuensinya, pemahaman keliru terhadap konten
pun tak terhindarkan.
Selain
itu, pembelajaran cenderung berorientasi konten atau isi, tetapi mengabaikan
tujuan, penyajian materi diberikan berdasarkan pengetahuan pendidik, bukan
berlandaskan kebutuhan peserta didik, metode dan strategi pembelajaran monoton
dan hanya berlangsung searah, bukan memaksimalkan berbagai sumber belajar untuk
menjangkau masing-masing individu peserta didik, penggunaan media dan teknologi
pembelajaran masih bersifat konvensional dan belum banyak mengintegrasikan
secara maksimal media dan teknologi dalam pembelajaran, dan penilaian hanya
berorientasi hasil, bukan proses. Empat level penilaian seperti dijelaskan oleh
Kirkpatrick (2006) yang mencakup reaksi, pemahaman dalam belajar, prilaku, dan
hasil belajar belum menjadi bagian yang integral dalam pelaksanaan
pembelajaran. Buku ini menjawab tuntas tentang desain pembelajaran yang efektif.
1 komentar:
That's a good idea
Posting Komentar