Rabu, September 17, 2008

HAKEKAT MANUSIA, MULTI KULTURAL, DAN ILMU PENGETAHUAN

 Catatan Perkuliahan Prof. Dr. Conny R. Semiawan  

Oleh

Muhammad Yaumi

Struktur Individual dan Struktur Super Individual

Berbicara mengenai struktur otak manusia, sebenarnya tidak ada istilah yang disebut otak kiri dan otak kanan. Istilah yang tepat untuk digunakan adalah belahan otak kiri dan kanan. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, ciri, dan respon yang berbeda-beda. Belahan otak kiri berfungsi untuk berpikir logis, teratur, linear, dan rasional. Dalam kaitannya dengan berpikir dengan rasio terdapat suatu ungkapan “saya berpikir karena itu saya ada” yang maksudnya Manusia lahir sudah dengan pikiran dan rasionya. Ungkapan tersebut bukan bermakna “saya ada karena itu saya berpikir”. Jadi, kalau ada yang menulis disertasi, aspek rasionalnya lebih difokuskan pada pertanyaan yang sifatnya kemengapaan sesuatu.

Berbeda dengan fungsi otak kiri,ciri otak kanan lebih bersifat holistic, sehingga untuk menjawab pertanyaan kemengapaan kita harus berpikir holistik yang dikembangkan secara imajinatif terhadap apa yang akan terjadi apabila melakukan sesuatu aktivitas. Otak kanan juga berfungsi untuk meresponi hal-hal yang sifatnya manusiawi (human) dan intuitif. Intiusi adalah titik puncak kemampuan manusia yang menyebabkan adanya kreativitas dan imajinasi . Jadi intuisi berarti kesadaran yang tidak disadari. Fungsi, ciri, dan respon kedua belahan otak yang berbeda-beda ini diumpamakan seperti nuclear. Karena otak manusia seperti pada nuclear belahan otak itu nuclear fission, membelah nuklir atau nuclear fusion, melebur nuklir pada suatu konfigurasi energi tertentu. Konfigurasi lapangan energi dalam otak manusia berubah dalam waktu yang singkat sekali 1/10.000 mile sekonden. Jadi kalau kita tidak menggunakan otak kiri dan kanan secara maksimal, maka neuron-neuron sel otak kita akan mubazir.

Pada otak kanan misalnya, ketika kita merespon seolah-olah kita melihat pola tertentu, suatu loncatan-loncantan tertentu dan secara visual kita melihat sesuatu secara holitik. Tetapi, kadang-kadang eksistensi sesuatu tidak kelihatan atau tersebunyi, hidden laksana suatu suatu generator. Misalnya; seorang anak tidak nampak adanya suatu kemampuan yang sangat luar biasa. Sedangkan belahan otak kiri memproses secara logik, sequential (berurutan), verbal, incremental (tambahan). Kalau menjadi editor, orang yang memiliki kekuatan pada belahan otak kirinya sangat memperhatikan letak titik, komanya suatu tulisan. Artinya orang itu mampu memproses sesuatu dengan sangat teliti. Dalam pelajaran matematika misalnya, otak kiri mengarahkan anak untuk mengitung 2 x 2 = 4 atau 3 x 3 = 9, dan seterusnya. Tetapi jika terjadi manipulasi di dalam perhitungan seperti 2 x 2 = 4 atau 10 - 6 = 4, maka fungsi otak kanandapat diaktifkan. Dengan demikian, jika seseorang memiliki inteligensi sangat tinggi, tetapi tidak mengasah belahan otak kiri belum tentu bisa berhasil dalam pergaulan di masyarakat. Tetapi orang yang memiliki inteligensi biasa-biasa saja dan kedua belahan otak kiri dan kanannya digunakan, maka akan lebih berhasil di masyaraktat walaupun mungkin di sekolah hanya hanya mendapat prestasi yang biasa-biasa saja.

Konstitusi inteligensi memungkinkan pengaruh-pengaruh lingkungan masuk kepada kita. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Piaget dengan unconscious awareness atau kesadaran yang tidak disadari, yakni saluran pengalaman yang tak disadari yang bermula dari suatu refleks yang kemudian berubah menjadi reaksi yang terkontrol apabila cerebral cortex (otak depan), berkembang menjadi organisasi mental yang luas. Karena manusia itu mendapat rangsangan dari luar, hidupnya dirangsang oleh stimulus dari luar yang dapat melalui tulang sum-sum dari reaksi yang tidak disadari atau mungkin langsung masuk ke bagian mulut melalui gerakan refleks. Tapi jika stimulus itu sampai ke otak, maka terjadilah refleks yang terkontrol. Begitulah prilaku yang terjadi pada diri manusia.

Nilai Kebudayaan dan Makna Ilmu Pengetahuan Bathiniah

Eksperimen-eksperimen mencoba mempelajari prilaku manusia dalam way of life. Eksperimen-eksperimen tersebut menjelaskan sebab-musabab atau penjelasan kausalitasnya. Sedangkan Spranger dan W. Dithey mengkajinya melalui Verstehen, memahami maknanya melalui hubungan bathin atau mengkajinya dengan memahami bathin orang lain. Jadi, penjelasan kausalitas adalah penjelasan melalui pengukuran prilaku sadar. Sedangkan dari Verstehen berusaha menangkap makna sesuatu yang menjelaskan faktor dari totalitas nilai tertentu. Jadi impati kita ikut berbicara dalam persoalan tertentu. Makna selalu dijelaskan dalam nilai keseluruhan proses tertentu. Jika kita mengucapakan kata-kata, itu bisa bermakna kalau sudah berwujud kalimat tertentu. Misalntya Jam bisa bermakna kalau dilihat nilai kesuluruhan jam itu sendiri sebagai perwujudan waktu. Jadi, prilaku manusia itu bisa bermakna apabila bertujuan untuk perwujudan nilai.

Dalam way of life, ada suatu susunan hierarchy dari keseluruhan bagian-bagian sistem nilai yang bermakna. Jika kita berbicara tentang psikologi nilai, ada suatu struktur dari keseluruhan nilai yang teratur. Berbeda dengan kausalitas yang hanya membicarakan sesuatu sebab hubungan tertentu. Individu adalah bagian dari keseluruhan masyarakat yang merupakan anggota struktur super individual, lebih dari individual. Menurut Spranger, kehidupan bathin kita merupakan kehidupan bathin yang sifatnya subjektif, sedangkan suatu struktur super individual mengandung nilai-nilai yang sudah disepakati bersama sebagai kehidupan bathin yang objektif. Yang disebut baik, jahat, indah adalah nilai yang secara objektif berlaku bagi setiap individu. Struktur super individual sudah memiliki suatu hierarchy nilai dari setiap individu yang langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pertanyaannya mana yang primer? Jawabanya tergantung dari bentuk masyarakatnya. Jika masyarakatnya sangat otoriter, maka pasti struktur individual dapat mempengaruhi struktur super individual. Jadi, pendidikan sangat berperanan karena merupakan bagian atau makna dalam keseluruhan struktur.

Konsep Ilmu Pendidikan

Selanjutnya menyangkut aspek kultural, nilai, dan ciri manusia, berbagai nilai, dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, aspek nilai kenegaraan nilai yang terkandung dalam kulturnya adalah kekuasaan dan ciri manusianya adalah manusia politik. Aspek cultural ekonomi, nilainya adalah manfaat dan ciri manusianya adalah business. Aspek masyarakat sebagai suatu kultur atau way of life, nilainya adalah sosial dan cirri manusianya adalah sosial. Aspek ilmu pengetahuan, nilainya adalah teori dan ciri manusianya ilmuan. Aspek seni, nilainya adalah estetika sedangkan ciri manusianya adalah seniman, dan aspek agama, nilainya adalah religi dan ciri manusianya religious. Jadi, seluruh kehidupan ini terbagai ke dalam enam struktur yang berbeda-beda dan keenam nilai ini ada di dalam diri setiap manusia. Tidak mutlak susunan nilai yang ada di dalam diri kita mengikuti susunan yang digambarkan di atas. Tetapi, setiap kita memiliki struktur yang berbeda-beda tergantung dari susunan masyarakatnya.

Tidak ada komentar: