Rabu, September 24, 2008

KONSTRUKTIVISME DAN TEORI BELAJAR

 Catatan Perkuliahan Prof. Dr. Conny R. Semiawan

Oleh

Muhammad Yaumi


Pemahaman mendalam tentang teori belajar bukan hanya berguna bagi guru, dosen, atau para praktisi pendidikan, melainkan juga bagi para desainer atau perancang pembelajaran. Salah satu teori belajar yang banyak menyita perhatian dan telah mempengaruhi kebijakan pendidikan di dunia saat ini adalah konstruktivisme. Konstruktivisme mempunyai akar yang sudah sangat kuat dalam filsafat, psikologi, sosiologi, dan pendidikan. Dalam pendidikan misalnya, konstruktivisme telah dikaji dan diterapkan pada hampir seluruh disiplin ilmu terapan khususnya dalam pembelajaran matematika, bahasa, ekonomi, sains, ilmu pengetahuan sosial, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengertian orang tentang konstruktivisme sangat beragam sesuai dengan keragaman disiplin ilmu itu sendiri. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menurunkan semua keragaman definisi yang ada, bukan pula memasuki wilayah perdebatan pemahaman terhadap konstruktivisme, tetapi hanya mengambil beberapa definisi yang sifatnya umum yang dapat menjadi kerangka dasar dalam mengkaji dan memahami hakekat konstruktivisme yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme? Hein (1991) mengatakan bahwa istilah konstruktivisme, constructivism, merujuk pada serangkaian kegiatan murid dalam membangun, construct, pengetahuan mereka. Setiap murid membangun makna dari apa yang mereka pelajari. Konstruktivisme adalah suatu posisi filosofis yang memandang pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman yang peroleh dari kombinasi pengalaman pribadi seseorang dengan pengalaman yang dikonstruksi dari orang lain (Martin, 2008). Selanjutnya, Wikipedia (2008:1) menurunkan definisi “constructivism may be considered an epistemology (a philosophical framework or theory of learning) which argues humans construct meaning from current knowledge structures” (konstruktivisme dapat dipandang sebagai suatu epistimologi [kerangka filosofis atau teori belajar] yang mengkaji manusia dalam membangun makna dari struktur pengetahuan terkini).

Definisi lain yang lebih umum tentang konstruktivisme juga dikemukan oleh Thirteen (2004:1) “Constructivism is basically a theory -- based on observation and scientific study -- about how people learn” (Konstruktivisme pada dasarnya adalah suatu teori yang berpijak pada hasil observasi dan studi ilmiah tentang bagaimana orang belajar). Dikatakan bahwa orang membangun pengetahuan dan pemahaman mereka tentang dunia dengan mengalami sesuatu dan merefleksikan sesuatu itu dengan pengalaman yang diperoleh sendiri dalam kehidupan sebelumnya. Artinya, ketika kita menghadapi sesuatu yang baru, hendaknya sesuatu yang baru itu dipadukan dengan ide dan pengalaman ril yang diperoleh di masa sebelumnya. Dalam hal ini, perpaduan dari kedua kenyataan ini boleh jadi akan mengubah suatu kepercayaan kita terhadap sesuatu yang baru itu atau mungkin membuangnya jauh-jauh karena tidak relevan dengan pola pikir, keyakinan, ideologi, tradisi, dan budaya setempat. Dalam beberapa kasus, kita adalah orang yang selalu aktif dalam menghasilkan ide-ide kreatif dan produktif sebagai refleksi terhadap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Untuk dapat melakukan hal ini, perlu ditempuh beberapa langkah yang mencakup mengajukan beberapa pertanyaan kritis, melakukan eksplorasi, dan mengakses apa yang ingin diketahui. Pola kerja semacam inilah yang oleh kaum konstruktivis perlu diaplikasikan dalam pembelajaran sehingga guru dan murid dapat terbiasa membangun pengetahuan dan membuat makna dari hasil kajian kritis terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan kita.

 

Tidak ada komentar: